pemikirantasawuf yang berkembang dari abad delapan belas sampai abad dua puluh di Kalimantan Selatan. Dua hal pokok yang kami kaji tentang ulama sufi tersebut di atas, yaitu aspek riwayat hidup dan pemikiran tasawufny a. Meskipun demikian, purnany a tulisan ini bukan berarti penelaahan perkembangan pemikiran tasawuf di Kalimantan Selatan telah Suatukenyataan sejarah bahwa kelahiran tasawuf bermula dari gerakan zuhud dalam Islam.Istilah tasawuf baru muncul pada pertengahan abad III Hijriyyah oleh Abu Hasyim al-Kufy (w.250 H.) dengan meletakkan al-sufy di belakang namanya. Byragkahc on Wednesday, April 14, 2021. Sejarah Perkembangan Seni Dan Budaya Di Iran - Iran adalah negara Timur Tengah yang terletak di Asia Barat Daya. Meski negara ini telah disebut Iran sejak zaman kuno, hingga tahun 1935, Iran masih disebut Persia yang ada didunia bagaian Barat. Pada 1959, Seseorang yang bernama Mohammad Reza Shah Deganmeluasnya islam di berbagai penjuru maka sampailah islam di daerah Persia. Kemudian banyak yang memeluk islam di daerah tersebut. Di Persia juga banyak muncul Ulama-ulama besar seperti Al Ghazali, filosof seperti Ibnu Sina, dan ahli bahasa Arab yang sangat berjasa dalam perkembangan bahasa itu seperti Sibawaihi dan dalam perkembangan tasawuf, Persia juga telah banyak memunculkan ahli sejarahperkembangan tawasuf Tasawuf secara sederhana dapat diartikan sebagai usaha untuk menyucikan jiwa sesuci mungkin dalam usaha mendekatkan diri kepada Tuhan sehingga kehadiran-Nya senantiasa dirasakan secara sadar dalam kehidupan. Ibn al-Khaldun pernah menyatakan bahwa tasawuf para sahabat bukanlah pola ketasawufan yang menghendaki Perkembangantasawuf dan Islam telah mengalami beberapa fase. Pertama, yaitu fase asketis (zuhud) yang tumbuh pada akad pertama dan kedua hijriyah sikap asketis ini dipandang sebagai pengantar tumbuhnya tasawuf. Tasawuf memiliki perkembangannya tersendiri dalam sejarahnya. Tasawuf berasal dari gerakan zuhud yang selanjutnya berkembang menjadi Pertama bersamaan dengan jatuhnya Baghdad pada 656 M di tangan penguasa Mongol yang sebagian besar ulamanya melarikan diri hingga ke kepulauan Nusantara. Kedua, ditemukannya beberapa karya sufi pada abad ke-13 M. Ada juga pendapat yang mengatakan, justru Islam pertama kali masuk ke Nusantara pada abad pertama Hijriah. Memahamiperkembangan Islam pada abad pertengahan (1250-1800) dijelaskan bahwa sejarah Islam telah melalui tiga periode, yaitu periode klasik (650-1250), periode pertengahan (1250-1800 M), dan periode modern (1800-sekarang). Pada periode klasik, Islam mengalami kemajuan dan masa keemasan. Hal ini ditandai dengan sangat luasnya wilayah kekuasaan 2210/2021. Berita Terbaru. Beberapa literatur menyebutkan bahwa sejarah perkembangan Islam di Indonesia berawal dari masuknya Islam ke Indonesia melalui jalur perdagangan. Kemudian, agama Islam berkembang dan menyebar ke seluruh Indonesia melalui beberapa jalur serta media seperti perdagangan, perkawinan, pendidikan Secarasederhana, kronologis historis perkembangan tasawuf memiliki beberapa periode: [15] Pertama, periode pembentukan. [16] Sebagaimana yang nampak dalam masa awal sejarah Islam, khususnya pada masa Nabi Saw. dan para sahabat sampai pada abad ke II. [17] Keadaanyang demikian berlangsung selama masa kemunduran kebudayaan dan pendidikan Islam sampai abad ke - 12 H / 8 M. Sehingga pada pertengahan abad ke - 12 H / 8 M timbul suatu gerakan yang bertujuan untuk pemurnian Islam, seperti Muhammad Ibnu Abdul Al-Wahab ( 1115 - 1206 H / 1703 - 1792 M ) di Jazirah Arab dan Syah Waliullah ( 1113 Groeneveldtberpendapat bahwa pada waktu yang sama kelompok orang Arab yang beragama Islam mendirikan perkampungan di pantai barat Sumatera. Perkampungan tersebut namanya Barus/Fansur. b. Pada waktu Sriwijaya mengembangkan kekuasaan sekitar abad ke- 7 dan 8, para pedagang Muslim telah ada yang singgah di kerajaan itu sehingga diduga beberapa PerkembanganAwal. Sejarah teknologi luar angkasa dimulai oleh Jerman pada tahun 1930-an dibawah pimpinan Wernher Von Braun, seorang insinyur dan ilmuwan roket. Total sejak pertama kali mendarat di bulan sejak tahun 1969 sampai tahun 1972 Amerika Serikat sudah mengirim tujuh kali misi ke bulan. Sejarah Perkembangannya Abad ke-19 tokohdari kalangan tasawuf falsafi yang paling menonjol antara lain: Ibn Arabi (w. 638 H), Ibn al-Farid (w. 632 H), dan Ibn Sab'in (w. 669 H).11 Periode tasawuf setelah abad ke-8 H dikenali oleh para sarjana sebagai masa kemunduran perkembangan tasawuf ('asr al-tadahwur). Pada periode ini, para ilmuwan dan pengamal Padaabad kedua, Tasawuf hanya terkenal di Kufah dan Bashrah. Baru pada permulaan abad ketiga, Tasawuf mulai tumbuh dan berkembang secara luas ke kota-kota lain, bahkan hingga ke kota Baghdad. Pada masa itu, esensi Tasawuf terbagi menjadi tiga bagian, yaitu Ilmu Jiwa, Ilmu Akhlak, dan Ilmu Metafisika atau ilmu tentang hal yang gaib (hal 115-118). QKtg. 1. Abad I dan II Hijriyah Fase abad pertama dan kedua Hijriyah belum bisa sepenuhnya disebut sebagai fase tasawuf tapi lebih tepat disebut sebagai fase kezuhudan. Tasawuf pada fase ini lebih bersifat amaliah dari pada bersifat pemikiran. Bentuk amaliah itu seperti memperbanyak ibadah, menyedikitkan makan minum, menyedikitkan tidur dan lain sebagainya. Kesederhanaan kehidupan Nabi diklaim sebagai panutan jalan para zahid. Banyak ucapan dan tindakan Nabi Saw. yang mencerminkan kehidupan zuhud dan kesederhanaan baik dari segi pakaian maupun makanan, meskipun sebenarnya makanan yang enak dan pakaian yang bagus dapat dipenuhi. Pada masa ini, terdapat fenomena kehidupan spiritual yang cukup menonjol yang dilakukan oleh sekelompok sahabat Rasul Saw yang di sebut dengan ahl al- Shuffah. Kelompok ini dikemudian hari dijadikan sebagai tipe dan panutan para shufi. Dengan anggapan mereka adalah para sahabat Rasul Saw dan kehidupan mereka adalah corak Islam. Di antara mereka adalah Abu Dzar al-Ghifari, Salman al-Fartsi, Abu Hurairah, Muadz Ibn Jabal, Abd Allah Ibn Mas’ud, Abd Allah ibn umar, Khudzaifah ibn al-Yaman, Anas ibn Malik, Bilal ibn Rabah, Ammar ibn Yasar, Shuhaib al-Rumy, Ibn Ummu Maktum dan Khibab ibn al-Arut. 2. Fase Abad III dan IV Hijriyah Abad ketiga dan keempat disebut sebagai fase tasawuf. pada permulaan abad ketiga hijriyah mendapat sebutan shufi. Hal itu dikarenakan tujuan utama kegiatan ruhani mereka tidak semata-mata kebahagian akhirat yang ditandai dengan pencapaian pahala dan penghindaran siksa, akan tetapi untuk menikmati hubungan langsung dengan Tuhan yang didasari dengan cinta. Cinta Tuhan membawa konsekuensi pada kondisi tenggelam dan mabuk kedalam yang dicintai fana fi al-mahbub. Kondisi ini tentu akan mendorong ke persatuan dengan yang dicintai al-ittihad. Di sini telah terjadi perbedaan tujuan ibadah orang-orang syariat dan ahli hakikat. Pada fase ini muncul istilah fana`, ittihad dan hulul. Fana adalah suatu kondisi dimana seorang shufi kehilangan kesadaran terhadap hal-hal fisik al-hissiyat. Ittihad adalah kondisi dimana seorang shufi merasa bersatu dengan Allah Swt sehingga masingmasing bisa memanggil dengan kata aku ana. Hulul adalah masuknya Allah Swt kedalam tubuh manusia yang dipilih. Di antara tokoh pada fase ini adalah Abu yazid al-Busthami H. dengan konsep ittihadnya, Abu al-Mughits al-Husain Abu Manshur al-Hallaj 244 – 309 H. yang lebih dikenal dengan al-Hallaj dengan ajaran hululnya. 3. Fase Abad V Hihriyah Fase ini disebut sebagai fase konsolidasi yakni memperkuat tasawuf dengan dasarnya yang asli yaitu al-Qur`an dan al-Hadis atau yang sering disebut dengan tasawuf sunny yakni tasawuf yang sesuai dengan tradisi sunnah Nabi dan para sahabatnya. Fase ini sebenarnya merupakan reaksi terhadap fase sebelumnya dimana tasawuf sudah mulai melenceng dari koridor syariah atau tradisi sunnah Nabi Saw dan sahabatnya. Tokoh tasawuf pada fase ini adalah Abu Hamid al-Ghazali H atau yang lebih dikenal dengan al-Ghazali. Tokoh lainnya adalah Abu al-Qasim Abd al-Karim bin Hawazin Bin Abd al-Malik Bin Thalhah al-Qusyairi atau yang lebih dikenal dengan al-Qusyairi 471 H., al-Qusyairi menulis al-Risalah al-Qusyairiyah terdiri dari dua jilid. 4. Fase Abad VI Hijriyah Fase ini ditandai dengan munculnya tasawuf falsafi yakni tasawuf yang memadukan antara rasa dzauq dan rasio akal, tasawuf bercampur dengan filsafat terutama filsafat Yunani. Pengalaman-pengalaman yang diklaim sebagai persatuan antara Tuhan dan hamba kemudian diteorisasikan dalam bentuk pemikiran seperti konsep wahdah al-wujud yakni bahwa wujud yang sebenarnya adalah Allah Swt sedangkan selain Allah Swt hanya gambar yang bisa hilang dan sekedar sangkaan dan khayali. Tokoh-tokoh pada fase ini adalah Muhyiddin Ibn Arabi atau yang lebih dikenal dengan Ibnu Arabi 560 -638 H. dengan konsep wahdah al-Wujudnya. Ibnu Arabi yang dilahirkan pada tahun 560 H. dikenal dengan sebutan as-Syaikh al-Akbar Syekh Besar. Tokoh lain adalah al-Syuhrawardi 549-587 H. dengan konsep Isyraqiyahnya. Ia dihukum bunuh dengan tuduhan telah melakukan kekufuran dan kezindikan pada masa pemerintahan Shalahuddin al-Ayubi. Diantara kitabnya adalah Hikmat al-Israq. Tokoh berikutnya adalah Ibnu Sab’in 667 H. dan Ibn al-Faridl 632 H. Demikianlah sahabat bacaan madani ulasan tentang sejarah perkembangan tasawwuf. Sumber buku Siswa Akidah Akhlak Kelas XI MA Kementerian Agama Republik Indonesia, 2015. Kunjungilah selalu semoga bermanfaat. Aamiin. Kaum mistik turut memperkaya kebudayaan Islam. Mereka adalah orang-orang yang menjalani tradisi-tradisi tertentu untuk merasakan emosi mengenal Tuhan makrifatullah. Dalam sejarah, praksis demikian disebut sebagai tasawuf. Orang-orang yang mengamalkannya dinamakan sebagai sufi, darwis, 'urafa, atau salik. Namun, tasawuf dituding sebagai penyebab kemunduran peradabaan Islam, yakni usai masa keemasan. Menurut Prof Abdul Hadi WM dalam buku Cakrawala Budaya Islam, tuduhan demikian tidak berdasarkan argumentasi yang historis. Sebab, para sufi justru terbukti memberikan sumbangsih penting bagi peradaban Islam. Contoh nyatanya pada ranah kesusastraan. Betapa banyak sufi yang berpengaruh besar bagi perkembangan dunia sastra. Untuk sekadar menyebutkan beberapa nama, deretan sufi berikut ini tercatat sebagai figur sastrawan penting yang pengaruhnya terasa hingga kini Mansur al-Hallaj, Ibn al-'Arabi, Ibn Sina, Umar Khayyam, 'Attar, Jalaluddin Rumi, Sa'adi, Hafizh, dan Hamzah Fansuri. Terkait Hamzah Fansuri, Abdul Hadi WM memandang, tokoh ini merupakan penyair sufi terbesar dari Nusantara. Penyair-sufi Aceh itu juga berperan, melalui karya-karyanya, sebagai peletak dasar standar bahasa Melayu—yang menjadi basis bahasa Indonesia. Kesusastraan Melayu turut dipengaruhi kebudayaan-kebudayaan luar, khususnya Arab dan Persia. Hamzah Fansuri, misalnya, pun terpengaruh pemikiran dan tulisan Fariduddin 'Attar, seorang penyair Iran dari abad ke-13. Sebenarnya, bukan hanya Hamzah Fansuri. Banyak penulis Melayu klasik yang turut dipengaruhi Arab-Persia pada abad ke-16 hingga ke-17. Perumpamaan burung yang dipakai syair-syair Melayu terinspirasi dari Mantiq al-Tayr karya 'Attar. Abdul Hadi memaparkan, perumpamaan burung yang dipakai syair-syair Melayu terinspirasi dari Mantiq al-Tayr karya 'Attar. Demikian pula dengan penciptaan motif burung pada berbagai bentuk seni hias, semisal ukiran atau batik Nusantara. Juru dakwah Islam di Tanah Jawa pasca-Majapahit, Wali Sanga juga kerap memakai amsal burung untuk menyampaikan hikmah pencarian jati diri. Misalnya, Sunan Bonang yang melakukannya melalui pertunjukan wayang. Dalam wayang, ada gagasan bahwa manusia merupakan bayangan semata sehingga segala gerak-geriknya tergantung dan bersumber pada kehendak Sang Pencipta. Hal ini kiranya tak mengherankan, sebab Sunan Bonang sendiri pernah mempelajari karya-karya ahli tasawuf Persia ketika beliau berguru di Pasai. Dalam penulisan kitab keagamaan sastra kitab pengaruh Persia juga kelihatan. Risalah-risalah tasawuf Hamzah Fansuri, seperti Syarab al-Asyiqin, Asrar al-Arifin, dan Muntahi mengambil banyak rujukan dari teks-teks dan syair-syair tasawuf penulis Persia. Kitab fikih karangan ulama Aceh abad ke-17 M Nuruddin al-Raniri Sirat al-Mustaqim ditulis menggunakan sumber Syarh al-Aqa'id al-Nasfiyyah karangan ulama Persia Sa'd al-Mas'ud al-Taftazani. Pengaruh Persia juga kuat dalam penyusunan kitab perundangan-undangan, seperti Undang-Undang Malaka dan Undang-Undang adat Aceh. Pengaruh Persia juga kuat dalam penyusunan kitab perundangan-undangan, seperti Undang-Undang Malaka dan Undang-Undang adat Aceh. Sumber-sumber Persia memainkan peranan menonjol bagi sastra sufistik Melayu. Begitu pula pengaruhnya yang cukup mendalam terhadap kebudayaan Melayu atau kebudayaan Islam Nusantara. Abdul Hadi dalam Pengaruh Parsi Terhadap Sastra Sufistik Melayu Islam menjelaskan pengaruh Persia tampak dalam doa-doa, perbendaharaan kata, corak penulisan hikayat, puisi karya bercorak sejarah, adab, dan risalah kegaamaan yang lazim disebut kitab. Dalam empat poin terakhir ini pengaruh Persia tidak hanya dalam hal yang berkaitan dengan gaya bahasa, tetapi juga estetika dan bahan verbal penulisan, seperti contoh-contoh kisah yang diselipkan di dalam kitab-kitab tersebut. Hikayat-hikayat Melayu Islam yang masyhur, telah dikenal di kepulauan Melayu pada abad ke-15 dan abad ke-16, juga menjadi saksi lebih jauh tentang kehadiran pengaruh Persia pada masa awal perkembangan sastra Melayu hingga periode formatifnya. Abdul Hadi memandang, khazanah kesusastraan Melayu klasik dapat digolongkan sebagai bagian dari kesusastraan Islam, khususnya dalam pengertian karya adab, sebagaimana yang dirumuskan Abu al-A'la al-Ma'arri pada abad ke-11. Sebelumnya, pada abad kedelapan tradisi penulisan karya adab sudah dimulai, tetapi masih dibatasi pada ihwal syair, bukan tulisan-tulisan prosais yang mengajarkan budi pekerti sebagaimana perumusan oleh al-Ma'arri. Abdul Hadi melihat alasan pergeseran makna adab itu. Sejak abad ke-10, Dunia Islam sudah mengalami perkembangan pemikiran yang lebih progresif. Hal ini dimotori kaum rasionalis Mu'tazilah. Karya-karya mereka lebih didominasi unsur intelektual ketimbang imajinatif. Sejak saat itu, tulisan-tulisan ilmuwan Muslim yang berkenaan dengan sejarah, etika, psikologi, atau humaniora pada umumnya, termasuk sastra, disebut sebagai genre karya adab. Kesusastraan Melayu juga ikut terpengaruh dalam perkembangan ini. Abdul Hadi menyebut bahwa kesusastraan Melayu, yang adalah fondasi utama kebudayaan Melayu, merupakan faktor utama perkembangan Islam di Nusantara. Karena itu, beberapa kitab yang muncul di Nusantara dalam abad ke-17 dapat digolongkan sebagai karya adab, yang kala itu sedang mencuat popularitasnya sebagai sebuah genre di Dunia Islam. Misalnya, kitab Taj al-Salatin 1603 Masehi karya Bukhari al-Jauhari dan Bustan al-Salatiin 1641 karya Nuruddin al-Raniri. Meskipun keduanya ditulis dalam Kesultanan Aceh, pengaruhnya meluas seiring dengan luasnya pengaruh bahasa Melayu dan aksara Jawi. Taj al-Salatin menjadi rujukan bagi kerajaan-kerajaan Islam di Jawa agar tidak mengangkat raja wanita. Abdul Hadi mengungkapkan, kitab Taj al-Salatin menjadi rujukan bagi kerajaan-kerajaan Islam di Jawa agar tidak mengangkat raja wanita. Kitab tersebut memang tidak melarang kepemimpinan wanita, tetapi mengingatkan bahwa fitnah lebih mudah merajalela bila sebuah kerajaan dipimpin kaum Hawa. Sampai abad ke-19, Taj al-Salatin terus diterjemahkan ke dalam bahasa Jawa. Bahkan, menurut Abdul Hadi, kitab ini menjadi bacaan kesukaan Pangeran Diponegoro. Serat Wedatama yang dikarang Mangkunegara IV juga diketahui terinspirasi dari Taj al-Salatin. article{Santosa2023SEJARAHPM, title={SEJARAH PERKEMBANGAN MAKANAN INDONESIA DARI ABAD KE 10 HINGGA MASA PENDUDUKAN JEPANG}, author={Yusuf Budi Prasetya Santosa and Hendi Irawan}, journal={JURNAL PENELITIAN SEJARAH DAN BUDAYA}, year={2023} }Sejak dahulu bangsa Indonesia dikenal sebagai bangsa yang hebat dalam mengolah makanan. Hal ini dapat dilihat dari keragaman makanan yang dimiliki oleh bangsa Indonesia. Keragaman makanan Indonesia telah ada sejak abad ke-10. Perkembangan makanan di Indonesia juga dipengaruhi oleh berbagai kebudayaan asing yang datang silih berganti, mulai dari India, Cina dan Eropa Portugis, Spanyol dan Belanda. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan jika keanekaragaman makanan Indonesia memiliki sejarah… 22 References[A history of food].A. WyczańskiHistoryActa Poloniae historica1999A history of food writer's guide to how to pick the book in various file kinds as well as media, which can be excellent resource for Tenggara Dalam Kurun Niaga 1450-1680 Jilid 2 Jaringan Perdagangan Global2011Kebudayaan Indis Dan Gaya Hidup Masyarakat Pendukungnya di Jawa Abad XVIII-Medio Abad XX Pertama2000 Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Dahlan Syukursyukurdahlan2 PJJPAI IAIN SYEKH NURJATI CIREBON ABSTRAKArtikel ini membahas tentang perkembangan ilmu tasawuf dari klasik hingga modern. Tasawuf klasik, abad pertengahan, dan modern memiliki perbedaan dalam teori dan praktik, namun tetap memperhatikan aspek-aspek spiritual dan kehidupan mistik. Pada masa tasawuf klasik, fokus lebih pada pengalaman spiritual dan kehidupan mistik, sedangkan pada masa tasawuf abad pertengahan, tasawuf menjadi lebih terorganisir dan memperoleh pengakuan dari kalangan ulama dan penguasa. Pada masa tasawuf modern, tasawuf menjadi lebih terbuka dan lebih diterima oleh masyarakat. Para tokoh tasawuf modern lebih banyak menulis tentang aplikasi tasawuf dalam kehidupan modern dan memperhatikan keseimbangan antara praktik spiritual dan aktivitas dunia. Meskipun mengalami perubahan seiring waktu, tasawuf tetap menjadi salah satu cabang penting dalam Pendahuluan Tasawuf merupakan cabang penting dalam Islam yang memperhatikan aspek-aspek spiritual dan kehidupan mistik. Disiplin ilmu ini memiliki sejarah yang panjang dan berkembang dari masa ke masa. Dalam artikel ini, akan dibahas tentang perkembangan ilmu tasawuf dari klasik hingga modern. Perkembangan tasawuf selama ini menunjukkan adanya perubahan dalam teori dan praktik, namun tetap memperhatikan prinsip-prinsip dasar tasawuf yang selalu relevan dalam kehidupan manusia. Oleh karena itu, artikel ini akan membahas mengenai perkembangan tasawuf pada masa klasik, abad pertengahan, dan modern serta perbedaan antara ketiganya. Diharapkan artikel ini dapat memberikan pemahaman yang lebih dalam tentang tasawuf dan bagaimana disiplin ilmu ini terus berkembang dan relevan dalam kehidupan Metode PenelitianMetode yang digunakan dalam penulisan artikel ini adalah studi literatur. Studi literatur dilakukan dengan cara membaca dan menganalisis berbagai sumber informasi yang terkait dengan perkembangan ilmu tasawuf dari klasik hingga modern, seperti buku, jurnal, dan artikel online. Dalam melakukan studi literatur, dilakukan analisis terhadap informasi yang ditemukan dengan memperhatikan konteks sejarah dan pengaruhnya terhadap perkembangan tasawuf dari masa ke masa. Selain itu, informasi yang ditemukan juga dibandingkan dan dikontras untuk menunjukkan perbedaan dan kesamaan antara perkembangan tasawuf pada masa klasik, abad pertengahan, dan modern. Dengan metode studi literatur, diharapkan artikel ini dapat memberikan pemahaman yang komprehensif dan akurat mengenai perkembangan ilmu tasawuf dari klasik hingga modern. 1 2 3 4 5 Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya

sejarah perkembangan tasawuf dari abad 1 sampai 10